Jakarta — Sepanjang pemerintahan Presiden Jokowi, banyak pihak sepakat bahwa pencapaian Presiden Jokowi tidak hanya berhasil menghubungkan wilayah-wilayah Indonesia, tetapi juga mendorong pertumbuhan ekonomi yang inklusif, terutama di daerah-daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T). Sekretaris Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Susiwijono Moegiarso, dan Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia, Telisa Aulia Falianty, dalam program Kompas TV (04/09), menyoroti keberhasilan luar biasa Presiden Joko Widodo dalam pembangunan infrastruktur selama satu dekade terakhir.
Susiwijono Moegiarso menggarisbawahi pentingnya pembangunan infrastruktur dalam meningkatkan konektivitas dan kedaulatan pangan.
“Terkait dengan konektivitas dan mobilitas, seperti bandara, pelabuhan, jalur kereta api, kemudian ada juga terkait energi hingga kedaulatan pangan dengan 53 bendungan dan food estate dengan jaringan irigasi,” jelas Susiwijono.
Menurutnya, pembangunan infrastruktur yang masif di berbagai sektor, mulai dari transportasi hingga irigasi, telah menciptakan landasan kokoh bagi ekonomi nasional. Ia juga menambahkan bahwa keberhasilan hilirisasi di Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) turut menjadi bagian dari strategi pembangunan ini.
“Ada juga hilirisasi dari Kawasan Ekonomi Khusus (KEK), sampai hari ini sudah ada 22. Kalau kita lihat tersebarnya 15 berada di luar Jawa sehingga mendorong ekonomi inklusif,” lanjutnya, sambil menyoroti bahwa 122 ribu tenaga kerja baru telah tercipta dari program KEK ini.
Salah satu fokus utama dalam pemerintahan Presiden Jokowi adalah pembangunan wilayah 3T yang sebelumnya terpinggirkan.
“Berbicara daerah 3T, kita sudah mendorong perekonomian di daerah perbatasan, seperti di Jayapura, Irian, dan juga perbatasan dengan Timor Leste,” kata Susiwijono.
Pembangunan infrastruktur di wilayah-wilayah ini tidak hanya meningkatkan aksesibilitas, tetapi juga menciptakan peluang ekonomi baru yang sebelumnya tidak terjangkau.
Sementara itu, Guru Besar Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Indonesia (FEB UI), Telisa Aulia Falianty, menyebut Presiden Jokowi sebagai Bapak Infrastruktur Indonesia.
Telisa menegaskan bahwa pembangunan infrastruktur di era Presiden Jokowi tidak hanya berdampak pada peningkatan ekonomi, tetapi juga menciptakan kesejahteraan holistik bagi seluruh masyarakat Indonesia. Ia menekankan bahwa pembangunan infrastruktur di era Jokowi memiliki efek ganda yang signifikan, khususnya terhadap pertumbuhan ekonomi dan lapangan kerja.
“Infrastruktur itu multiplier effect -nya cukup besar, karakteristik infrastruktur di Indonesia itu padat karya, karena banyak Proyek Strategis Nasional (PSN) yang menyerap lapangan kerja,” jelas Telisa.
Ia menambahkan bahwa infrastruktur yang dibangun di seluruh penjuru negeri, termasuk di daerah Tertinggal, Terdepan, dan Terluar (3T), telah membantu meningkatkan mobilitas dan aksesibilitas masyarakat, serta menurunkan biaya logistik dan mempercepat distribusi barang.
“Kita sebagai masyarakat merasakan efisiensi kegiatan kita dengan adanya pembangunan infrastruktur tersebut,” tambahnya.
Sejak awal masa jabatannya, Presiden Jokowi telah menjadikan pembangunan dari pinggiran sebagai salah satu prioritas utamanya, yang terangkum dalam Nawacita. Menurut Telisa, kebijakan ini telah berhasil memberikan dampak besar bagi daerah-daerah yang sebelumnya sulit dijangkau.
“Kalau kita lihat, Pak Presiden ini Nawacita, dan itu membangun dari pinggiran, sehingga daerah 3T menjadi prioritas beliau,” ujar Telisa.
Ia juga mengapresiasi keberhasilan pemerintahan Presiden Jokowi dalam menciptakan sistem distribusi yang lebih adil dan merata, bahkan hingga ke daerah perbatasan.
“Masyarakat di daerah terluar sangat membutuhkan akses untuk kemudahan mereka memenuhi kebutuhannya dan pada harga yang terjangkau. Dulu, belum pernah dalam sejarah ada sistem harga BBM yang satu harga, namun di era Pak Jokowi, hal itu bisa dicapai,” jelasnya.
Telisa menambahkan bahwa dampak positif pembangunan infrastruktur ini bukan hanya pada aspek fisik, tetapi juga menyentuh kesejahteraan masyarakat secara holistik.
“Kesejahteraan itu holistik, bukan hanya terkait ketersediaan infrastruktur fisik saja, tapi juga dampak yang ditimbulkan secara menyeluruh, terutama dari sisi SDM yang semakin maju dan masyarakat yang semakin sejahtera,” tambahnya.
*