Oleh: Yulius Mepare
Keberhasilan operasi pembebasan Pilot Philip Mark Mehrtens dari tangan Organisasi Papua Merdeka (OPM) menjadi bukti nyata sinergitas antara Satgas Damai Cartenz dan Satgas Elang IV.
Kolaborasi tersebut tidak hanya menunjukkan ketangguhan aparat keamanan Indonesia, tetapi juga mengedepankan pendekatan humanis yang bertujuan meminimalisir korban jiwa di tengah situasi yang sangat kompleks.
Satgas Damai Cartenz dan Satgas Elang IV telah berperan signifikan dalam menyusun strategi pelacakan dan perundingan untuk memastikan keselamatan pilot asal Selandia Baru tersebut. Kolaborasi antara kedua satgas ini terbukti efektif, terutama dalam menghadapi kondisi geografis Papua yang menantang.
Proses pembebasan Philip Mark Mehrtens melalui pendekatan humanis telah berlangsung sejak penyanderaan dimulai pada 7 Februari 2023, ketika pesawat Susi Air yang dikendalikan Mehrtens diserang di wilayah pegunungan terpencil, Distrik Paro, Kabupaten Nduga.
Brigadir Jenderal Murbianto Adhi Wibowo, Kepala Satgas Elang IV, mengungkapkan bahwa timnya telah melacak keberadaan Philip sejak hari pertama penyanderaan. Dengan pemahaman mendalam terhadap kondisi medan, tim Elang IV berfokus untuk memantau keberadaan Philip dan memastikan kondisinya tetap hidup.
Meskipun berbagai tantangan, seperti medan pegunungan yang terjal dan cuaca yang tak menentu, pelacakan berhasil dilakukan dengan akurat. Laporan yang terus diperbaharui oleh tim Elang IV kepada Satgas Damai Cartenz memungkinkan tim gabungan untuk merencanakan setiap langkah negosiasi dengan lebih matang.
Sinergitas tersebut berlanjut dengan upaya perundingan yang dilakukan oleh Satgas Damai Cartenz. Brigadir Jenderal Polisi Faizal Ramadhani, Komandan Satgas Operasi Damai Cartenz 2024, menekankan pentingnya pendekatan lunak dalam negosiasi.
Satgas Damai Cartenz mengutamakan komunikasi dengan tokoh agama, adat, dan perwakilan keluarga Egianus Kogoya, pemimpin kelompok separatis yang bertanggung jawab atas penyanderaan tersebut.
Pendekatan itu berhasil menghindari eskalasi konflik dan memastikan keselamatan Philip Mark Mehrtens. Misi ini tidak hanya menekankan pentingnya keamanan, tetapi juga mengutamakan kemanusiaan dengan mencegah jatuhnya korban jiwa baik dari pihak aparat maupun masyarakat sipil.
Melalui pendekatan yang melibatkan berbagai tokoh masyarakat di Bumi Cenderawasih, pemerintah Indonesia mampu menciptakan jalur dialog yang lebih kondusif. Ini membuktikan bahwa strategi perundingan yang dibangun atas dasar pemahaman budaya lokal dan tokoh adat memiliki kekuatan besar dalam meredam konflik.
Pendekatan humanis yang dikembangkan Satgas Damai Cartenz menjadi titik kunci dalam menyelamatkan nyawa pilot berkebangsaan Selandia Baru tersebut tanpa kekerasan berlebihan.
Keberhasilan operasi tersebut juga tak lepas dari dukungan penuh dari berbagai instansi, termasuk Badan Intelijen Negara (BIN), TNI, dan Polri yang tergabung dalam Satgas Damai Cartenz dan Satgas Elang IV.
Tim gabungan tersebut secara konsisten memperbarui informasi terkait posisi Philip Mark Mehrtens, sehingga langkah-langkah negosiasi dapat disusun dengan tepat. Selain itu, peran intelijen dalam memahami gerak-gerik kelompok pembuat onar di wilayah berjuluk Surga Kecil di ujung Indonesia ini sangat penting dalam merencanakan operasi dengan risiko minimal.
Pada 21 September 2024, Philip Mark Mehrtens akhirnya berhasil dibebaskan tanpa ada korban jiwa. Proses penjemputan dilakukan di Kampung Yuguru, Distrik Maibarok, Kabupaten Nduga.
Kombinasi antara strategi pelacakan yang tepat dan perundingan yang intensif memungkinkan aparat keamanan menyelesaikan misi mereka dengan gemilang. Pilot yang disandera selama 18 bulan itu ditemukan dalam kondisi sehat dan langsung diterbangkan menuju Timika untuk proses pemulihan.
Kasatgas Humas Operasi Damai Cartenz 2024, Komisaris Besar Polisi Bayu Suseno, menjelaskan bahwa penjemputan dilakukan dengan sangat hati-hati. Tim gabungan berhasil mengevakuasi Mehrtens dalam kondisi baik dan memastikan ia mendapatkan penanganan medis yang memadai setibanya di Mako Brimob Timika. Keberhasilan ini sekali lagi menunjukkan profesionalisme aparat keamanan dalam menjaga stabilitas keamanan di wilayah berjuluk Kota Emas tersebut.
Peran penting Satgas Damai Cartenz dan Satgas Elang IV dalam operasi pembebasan tersebut mencerminkan kemampuan Indonesia untuk menangani konflik separatisme dengan cara yang beradab dan terukur.
Pendekatan humanis yang dilakukan kedua satgas tersebut telah memberikan hasil maksimal dalam operasi yang sangat berisiko. Kolaborasi yang erat antara berbagai pihak, termasuk aparat keamanan, tokoh masyarakat, dan pemerintah pusat, menunjukkan bahwa solusi konflik di Papua dapat dicapai dengan cara yang damai tanpa mengorbankan nyawa.
Melalui sinergitas yang kuat, Satgas Damai Cartenz dan Satgas Elang IV telah memberikan contoh nyata bahwa keamanan dan kemanusiaan dapat berjalan beriringan. Keberhasilan ini tidak hanya menjadi kemenangan bagi pemerintah Indonesia, tetapi juga bagi rakyat Papua yang menginginkan kedamaian di tanah mereka.
Langkah tersebut menjadi harapan baru bagi masa depan wilayah yang dikenal sebagai Surga Kecil di Timur Indonesia, di mana pendekatan dialogis dan kemanusiaan akan selalu menjadi pilihan utama dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ada.
*) Peneliti Senior Isu Papua – Lembaga Kajian Sosial dan Politik Papua Mandiri