Oleh : Rizka Soraya )*
Presiden Prabowo Subianto menunjukkan komitmen kuat untuk menjadikan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia melalui proyek food estate. Dengan dukungan penuh pada program yang mencakup berbagai wilayah di Indonesia, Kepala Negara mengarahkan kementerian dan pihak terkait untuk mengoptimalkan lahan yang ada demi meningkatkan produksi pangan nasional. Tujuannya jelas, yakni untuk memastikan ketahanan pangan jangka panjang yang mendukung kemandirian ekonomi bangsa.
Di bawah pemerintahan Presiden RI kedelapan tersebut, proyek food estate mendapat perhatian serius sebagai bagian dari upaya besar menuju swasembada pangan. Menurut Presiden Prabowo, Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat potensial untuk dikembangkan menjadi sumber pangan utama.
Mengingat kebutuhan pangan global yang semakin meningkat, Indonesia berpeluang untuk memenuhi permintaan pasar internasional. Kepercayaan Presiden Prabowo akan ketahanan pangan nasional yang kokoh tidak hanya berfungsi untuk menopang kebutuhan dalam negeri, tetapi juga untuk memperkuat posisi Indonesia sebagai pemasok pangan dunia dalam beberapa tahun mendatang.
Presiden Prabowo juga menggandeng berbagai kementerian, termasuk Kementerian Pertanian, guna melanjutkan upaya food estate yang sudah dirintis sejak pemerintahan sebelumnya. Menteri Pertanian, Andi Amran Sulaiman, menyampaikan bahwa proyek food estate tetap menjadi prioritas utama pemerintah, terutama di Kalimantan Tengah (Kalteng), dengan target yang cukup besar.
Proyek food estate tersebut dirancang untuk mengembangkan lahan-lahan suboptimal dan rawa menjadi lahan produktif. Dalam rencana awal, pemerintah telah membuka sekitar 30.000 hektare lahan di Kalteng, yang terletak di kawasan eks lahan gambut.
Amran memastikan bahwa food estate tersebut tidak sekadar meningkatkan produksi pangan, tetapi juga berfungsi sebagai pondasi bagi ketahanan negara. Menurutnya, ketahanan pangan sama pentingnya dengan ketahanan nasional.
Lahan di Kalteng, yang telah dilengkapi sistem irigasi di area sawah mencapai 100 ribu hektare, diharapkan mampu mendukung proyek besar ini. Bahkan, pemerintah merencanakan peningkatan luas lahan hingga 200 ribu hektare, dan dalam jangka panjang mencapai target ambisius sekitar 500 ribu hektare. Sekitar 1.000 hektare di antaranya telah siap untuk ditanami padi, menandai awal dari peningkatan produktivitas pangan di wilayah tersebut.
Pemerintahan Presiden Prabowo juga merencanakan cetak sawah baru sebesar 150 ribu hektare pada 2025 sebagai langkah awal dalam mencapai target food estate seluas 3 juta hektare pada 2029.
Langkah tersebut diharapkan mampu mempercepat peningkatan produksi pangan dalam negeri, sekaligus membuka lapangan kerja bagi masyarakat setempat. Pemerintah menargetkan food estate ini tidak hanya mencakup tanaman pangan seperti padi, tetapi juga komoditas lain yang memiliki nilai ekonomi tinggi untuk mendukung ekspor.
Upaya pengembangan food estate tersebut tidak terlepas dari peran aktif Kementerian Pertanian. Direktur Jenderal Prasarana dan Sarana Pertanian, Andi Nur Alam Syah, menjelaskan bahwa cetak sawah baru memanfaatkan lahan suboptimal dan rawa yang selama ini kurang produktif.
Upaya tersebut dilatarbelakangi oleh kebutuhan pangan yang terus meningkat sementara lahan produktif semakin menyusut. Dengan fokus pada pemanfaatan lahan yang belum tergarap secara optimal, Andi menjelaskan bahwa pemerintah menyasar kawasan-kawasan dengan akses irigasi yang baik guna menjamin produktivitas. Kawasan prioritas lainnya meliputi Kalimantan Selatan dan Sumatera Selatan, yang siap mendukung program ketahanan pangan nasional.
Andi juga menguraikan bahwa proses cetak sawah dilakukan secara bertahap, mencakup perencanaan yang matang, survei teknis lapangan, dan penyusunan panduan teknis. Survei ini bertujuan memastikan bahwa komoditas yang dikembangkan sesuai dengan karakteristik lahan, termasuk dalam aspek perizinan, Hak Guna Usaha (HGU), tata ruang, dan kriteria teknis lain yang relevan. Hal ini bertujuan untuk memastikan efektivitas program dan keberlanjutan food estate dalam jangka panjang.
Proyek food estate di Kalteng menjadi salah satu perhatian utama pemerintah Prabowo-Gibran. Anggota Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI dari Kalteng, Agustin Teras Narang, memberikan dukungan pada program ini sembari berharap keterlibatan masyarakat lokal lebih maksimal.
Menurut Teras Narang, terdapat sekitar 100 ribu hektare lahan di Kalteng yang memiliki irigasi baik dan siap dikembangkan menjadi 200 ribu hektare dalam waktu dekat. Namun, ia menyarankan agar pemerintah provinsi lebih cermat dalam memantau setiap rencana dan implementasi proyek ini, guna memastikan bahwa masyarakat setempat tidak hanya menjadi penonton, melainkan turut berperan aktif dalam pelaksanaan program tersebut.
Teras Narang juga menyoroti pentingnya transparansi dalam menjalankan program food estate. Ia mengingatkan bahwa program sebesar ini harus memberikan dampak positif langsung bagi masyarakat lokal, termasuk membuka peluang bagi para pemuda dan petani setempat. Dengan demikian, keterlibatan masyarakat lokal menjadi kunci untuk memastikan bahwa manfaat dari program tersebut benar-benar dirasakan oleh komunitas setempat.
Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto berupaya agar food estate menjadi fondasi bagi ketahanan pangan nasional yang berkelanjutan. Proyek ini juga sejalan dengan visi Presiden Jokowi yang telah lebih dahulu merintis inisiatif serupa. Bagi Presiden Prabowo, keberlanjutan dan keberhasilan proyek food estate akan berdampak langsung pada kemandirian bangsa dalam memenuhi kebutuhan pangan.
Melalui food estate, Presiden Prabowo mengharapkan Indonesia tidak hanya menjadi negara yang mampu memenuhi kebutuhan pangan sendiri, tetapi juga menjadi pemasok utama pangan bagi dunia.
Dalam jangka panjang, proyek tersebut diyakini akan memperkuat ketahanan pangan nasional, menciptakan lapangan kerja, dan memperbaiki kesejahteraan masyarakat di berbagai wilayah, terutama daerah-daerah yang memiliki potensi lahan yang besar namun belum termanfaatkan maksimal.
Dengan dukungan penuh dari berbagai kementerian dan lembaga, serta keterlibatan masyarakat setempat, food estate berpotensi besar untuk mendorong Indonesia mencapai visi besar sebagai lumbung pangan dunia.
)* penulis adalah kontributor Jendela Baca Institute