Presiden Prabowo Berhasil Bangun Satgas Air Demi Atasi Kekeringan

Oleh: Fahrudin Alwi )*

Pembentukan Satuan Tugas (Satgas) Air oleh Presiden Prabowo Subianto muncul dari kepedulian mendalam terhadap krisis air yang masih menjadi masalah di beberapa wilayah Indonesia saat musim kemarau. Prabowo telah menetapkan fokus kebijakan yang mendukung program pengentasan masalah kekeringan ini. Dalam pidatonya usai dilantik, Prabowo menyatakan bahwa Indonesia sebenarnya memiliki sumber air yang melimpah, namun distribusi dan aksesibilitas masih menjadi tantangan di beberapa daerah yang kerap dilanda kekeringan.

Untuk mengatasi persoalan ini, Prabowo telah melakukan langkah konkret dengan membentuk Satgas Air, yang akan bekerja secara aktif untuk menemukan sumber air di desa-desa yang mengalami krisis. Presiden Prabowo menyampaikan bahwa Satgas Air telah berhasil menghasilkan 57 titik sumber air hingga saat ini, dan targetnya akan ditambah menjadi 100 titik hingga akhir Oktober. Ini membuktikan bahwa upaya untuk menyelesaikan krisis air ini bukan hanya janji politik semata, melainkan telah memiliki progres nyata di lapangan.

Pembentukan Satgas Air merupakan salah satu dari sekian banyak kebijakan yang dicanangkan Prabowo dalam visinya untuk Indonesia Emas. Dengan pendekatan ini, Prabowo menunjukkan bahwa permasalahan dasar yang dialami oleh masyarakat seperti kekurangan air bersih tidak hanya menjadi prioritas, tetapi juga dipandang sebagai bagian integral dari ketahanan nasional. Keberhasilan Satgas Air akan mendukung produktivitas pertanian, kesehatan, serta meningkatkan kualitas hidup masyarakat di daerah-daerah yang selama ini kesulitan mendapatkan akses air.

Program ini bukan hanya sebatas pencarian titik air, tetapi juga dalam implementasi teknologi pipanisasi yang memungkinkan distribusi air ke daerah-daerah yang lebih luas. Salah satu contohnya adalah proyek pipanisasi di wilayah Gunungkidul, Daerah Istimewa Yogyakarta, di mana Kementerian Pertahanan dan Unhan berhasil membangun jaringan pipa untuk mengalirkan air bersih ke lahan pertanian seluas 7.400 hektar.

Dampaknya sangat signifikan, para petani yang sebelumnya hanya bisa panen sekali dalam setahun, kini bisa panen hingga tiga kali. Hal ini tidak hanya meningkatkan produktivitas pertanian, tetapi juga berimbas langsung pada peningkatan ekonomi masyarakat setempat.

Program pipanisasi air ini diperluas ke berbagai daerah lain seperti Nusa Tenggara Barat, Maluku Barat Daya, Jawa Barat, dan Banten, yang selama ini juga kerap dilanda kekeringan. Prabowo mengakui bahwa persoalan air bersih bukan hanya masalah teknis, tetapi juga masalah yang berdampak pada ketahanan nasional. Ketersediaan air yang memadai berhubungan erat dengan keamanan pangan dan energi, sehingga ketiga isu ini menjadi perhatian utama dalam kebijakan strategis nasional.

Penyediaan sumber air bersih juga dilakukan di Desa Patereman Kabupaten Bangkalan, Madura, Jawa Timur. Rektor Unhan RI, Letjen TNI Jonni Mahroza, menjelaskan bahwa inisiatif ini merupakan lanjutan dari program sebelumnya yang berhasil mengaktifkan 12 titik sumber air di Pamekasan pada 26 November 2023. Dengan tambahan 15 titik yang diresmikan pada Januari 2024, total 27 titik sumber air telah dihasilkan, memberikan manfaat bagi sekitar 7.000 kepala keluarga atau sekitar 20.000 jiwa di tiga kabupaten di Madura. Lokasi sumur bor baru ini ditempatkan di area sekitar Pondok Pesantren Al Anwar serta Universitas Trunojoyo Madura, untuk mendukung kebutuhan masyarakat serta institusi pendidikan yang krusial di daerah tersebut.

Wakil Gubernur Jawa Timur periode 2019-2024, Emil Elestianto Dardak, mengapresiasi Prabowo Subianto atas kontribusinya dalam menyediakan sumber air bersih. Menurutnya, sumber air ini telah lama dinantikan oleh masyarakat Madura yang sering terdampak kekeringan. Emil juga mengutip pernyataan Prabowo bahwa kekuatan sebuah negara bergantung pada ketahanan masyarakatnya, dan salah satu elemen terpenting untuk menciptakan manusia yang kuat adalah ketersediaan air sebagai sumber kehidupan.

Tidak bisa dipungkiri, masalah kekeringan dan krisis air di Indonesia merupakan tantangan besar yang dihadapi oleh pemerintah. Meskipun Indonesia memiliki sumber air yang melimpah, distribusinya tidak merata, terutama di daerah-daerah yang padat penduduk seperti Pulau Jawa. Ketidakseimbangan ini membuat beberapa wilayah, meskipun memiliki populasi besar, kekurangan akses air bersih. Untuk itu, peran Satgas Air menjadi penting dalam upaya pemerataan akses air di berbagai daerah, terutama di wilayah yang selama ini minim perhatian.

Dampak dari kekurangan air bersih tidak hanya terbatas pada sektor pertanian. Kekurangan air juga berdampak langsung pada kesehatan masyarakat. Buruknya akses air bersih berkontribusi signifikan terhadap masalah stunting di Indonesia, di mana anak-anak yang tumbuh tanpa akses sanitasi yang baik dan air bersih berisiko mengalami gizi buruk.

Pemerintah juga berupaya untuk memastikan bahwa setiap rumah tangga di Indonesia dapat memiliki akses air minum yang aman dan layak, yang menjadi bagian dari Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN).

Melalui langkah-langkah ini, Presiden Prabowo telah menunjukkan bahwa kebijakan pemerintah yang berfokus pada kebutuhan dasar rakyat mampu menciptakan perubahan nyata dan berkelanjutan.

)* Aktivis Lingkungan Hidup dari Aksi Generasi Iklim

Back To Top