Golput Bukan Solusi, Hak Suara Masyarakat dalam Pilkada Tentukan Masa Depan Daerah

Oleh : Farrel Haroon Jabar )*

Momentum Pilkada Serentak 2024 menjadi ajang kontestasi politik lokal yang menentukan masa depan daerah di seluruh Indonesia. Di tengah euforia pesta demokrasi tingkat daerah tersebut, fenomena golongan putih (golput) masih menjadi tantangan signifikan.

Golput, yang diartikan sebagai pilihan untuk tidak menggunakan hak suara, sering dianggap sebagian masyarakat sebagai sikap apatis atau bentuk protes terhadap sistem. Namun, pandangan itu keliru karena golput tidak memberikan solusi terhadap permasalahan yang dihadapi, melainkan berpotensi memperburuk keadaan.

Pemungutan suara merupakan salah satu bentuk aktualisasi diri warga negara dalam menjaga amanah demokrasi. Program Officer Perludem, Heroik M Pratama, menyebut bahwa golput justru merugikan masyarakat secara langsung.

Dalam Pemilihan Kepala Daerah, suara yang tidak digunakan dapat menjadi celah manipulasi, sehingga pemimpin yang terpilih tidak mencerminkan kehendak mayoritas. Golput tidak hanya melemahkan esensi demokrasi, tetapi juga menafikan peluang untuk berkontribusi dalam menentukan arah pembangunan daerah.

Heroik menjelaskan bahwa golput di era modern kerap muncul karena berbagai alasan, mulai dari ketidaksesuaian data pemilih hingga kekecewaan terhadap kandidat. Namun, alasan tersebut tidak mengurangi pentingnya partisipasi dalam Pilkada.

Setiap suara yang digunakan menjadi wujud tanggung jawab warga negara dalam menentukan masa depan daerah. Pilkada, sebagai instrumen demokrasi, memberi ruang bagi masyarakat untuk memastikan pemimpin yang terpilih memiliki legitimasi yang kuat dan akuntabilitas yang tinggi.

Wakil Ketua MPR RI, Hidayat Nur Wahid (HNW), juga menegaskan pentingnya menggunakan hak pilih dalam pesta demokrasi tingkat daerah. Menurutnya, demokrasi Pancasila memberikan peluang yang adil bagi masyarakat untuk menentukan pemimpin yang berkomitmen pada kemajuan bangsa.

Hak suara adalah bentuk kedaulatan rakyat yang dijamin oleh konstitusi, sehingga tidak boleh disia-siakan. Tidak menggunakan hak suara sama saja dengan menyerahkan masa depan kepada keputusan pihak lain tanpa kontribusi.

HNW menambahkan, dalam Pilkada, kualitas demokrasi diukur tidak hanya dari kandidat yang bersaing, tetapi juga dari tingkat partisipasi masyarakat. Ketika golput menjadi pilihan, peluang untuk menghasilkan pemimpin yang tidak sesuai dengan harapan semakin besar.

Pemilih yang aktif memiliki peran strategis dalam memastikan Pilkada berjalan dengan kualitas yang baik. Oleh karena itu, masyarakat perlu memilih pemimpin yang tidak hanya memiliki visi besar, tetapi juga mampu melindungi kepentingan seluruh golongan.

Anggota Komisi III DPR RI, Bambang Soesatyo, turut menyoroti dampak negatif golput dalam kontestasi politik tingkat daerah. Ia menilai, golput bukanlah solusi yang dapat memperbaiki kondisi bangsa, melainkan menjadi kendala dalam proses demokrasi.

Bambang mengajak masyarakat menyambut Pilkada dengan antusiasme dan rasa kebangsaan yang tinggi. Golput, yang sering muncul akibat kampanye hitam atau penyebaran hoaks, hanya akan menciptakan apatisme dan memperburuk kualitas demokrasi.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar tersebut juga mengingatkan pentingnya menjaga semangat kebersamaan selama Pilkada. Keberhasilan sebuah pemilihan tidak hanya diukur dari kemenangan kandidat, tetapi juga dari kemampuan seluruh elemen masyarakat untuk memelihara persatuan. Pilihan berbeda dalam Pilkada seharusnya tidak menjadi pemecah belah, melainkan memperkuat solidaritas dalam keberagaman.

Melalui Pilkada Serentak 2024, masyarakat memiliki kesempatan untuk memilih pemimpin yang mampu membawa perubahan nyata bagi daerah. Tidak ada alasan untuk meremehkan pentingnya suara dalam kontestasi politik lokal tersebut. Setiap suara yang diberikan adalah langkah kecil menuju pembangunan yang lebih inklusif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Fenomena golput bukanlah cerminan dari sikap kritis, melainkan penghindaran dari tanggung jawab. Dengan tidak memilih, masyarakat kehilangan haknya untuk memberikan kontribusi nyata dalam proses demokrasi. Sebaliknya, dengan menggunakan hak suara, setiap individu berperan aktif dalam memastikan keberlanjutan pembangunan dan terciptanya pemerintahan yang lebih baik.

Selain itu, partisipasi aktif dalam Pilkada memiliki implikasi besar terhadap bagaimana kebijakan di daerah dirumuskan dan diimplementasikan. Pemimpin yang terpilih melalui partisipasi yang tinggi cenderung memiliki legitimasi yang lebih besar untuk menjalankan program-program strategis demi kesejahteraan masyarakat. Dengan demikian, memilih bukan hanya sekadar formalitas, tetapi juga investasi jangka panjang bagi masa depan daerah.

Pilkada bukan hanya sekadar ritual politik lima tahunan, tetapi juga ruang bagi rakyat untuk menunjukkan kepedulian terhadap masa depan daerahnya. Hak pilih adalah hak yang harus dijaga dan dimanfaatkan sebaik-baiknya, bukan untuk ditinggalkan. Dengan partisipasi yang tinggi, masyarakat dapat memastikan bahwa pemimpin yang terpilih benar-benar mewakili kepentingan publik, bukan hanya kepentingan segelintir pihak.

Selain itu, keputusan untuk golput dapat memberikan dampak negatif yang lebih besar. Ketika golput mendominasi, suara masyarakat yang sebenarnya menginginkan perubahan justru tidak akan terdengar. Hal ini hanya memperkuat posisi mereka yang memiliki pengaruh besar, seperti kelompok elite tertentu, tanpa tantangan yang berarti.

Golput bukanlah jawaban atas kekecewaan terhadap sistem atau kandidat. Sebaliknya, golput justru mengukuhkan status quo yang sering kali dikritik oleh mereka yang memilih untuk tidak berpartisipasi.

Melalui Pilkada, masyarakat memiliki kesempatan untuk mengubah narasi dan menciptakan masa depan yang lebih baik bagi daerahnya. Memilih bukan hanya hak, tetapi juga tanggung jawab yang melekat pada setiap warga negara. Pilkada Serentak 2024 adalah momen untuk membuktikan bahwa suara rakyat benar-benar memiliki kekuatan untuk menentukan arah bangsa.

Dengan partisipasi yang tinggi, masyarakat mampu menciptakan Pilkada yang berkualitas, adil, dan berintegritas. Pilkada bukan hanya tentang siapa yang menang, tetapi juga tentang bagaimana setiap individu menunjukkan bahwa mereka peduli terhadap masa depan daerahnya. Suara yang diberikan hari ini akan menjadi cerminan bagaimana daerah berkembang di masa mendatang.

)* Penulis adalah kontributor Ruang Baca Nusantara

Back To Top