*) Oleh: Vina G
Politik Indonesia memasuki masa penting dengan Pilkada serentak yang akan diselenggarakan pada 2024. Dalam kontestasi politik yang kian dinamis, isu politik santun kembali mencuat sebagai salah satu sorotan utama. Politik santun menuntut para kandidat dan tim sukses untuk bersaing secara sehat dan beradab, tanpa menggunakan cara-cara yang merusak moralitas dan integritas demokrasi. Meskipun persaingan ketat adalah hal yang wajar, nilai-nilai sopan santun dan etika politik tetap menjadi pijakan penting agar proses pemilihan tidak hanya mengedepankan kemenangan semata, tetapi juga menjaga martabat bangsa.
Wakil Ketua Komisi II DPR RI, Saan Mustopa mengatakan bahwa politik santun harus menjadi bagian tak terpisahkan dari setiap kontestasi politik. Tantangan seperti kampanye hitam, ujaran kebencian, dan hoaks harus dihindari. Menurutnya, politik santun harus menjadi norma yang diterapkan oleh setiap calon maupun partai politik pengusung.
Lebih lanjut, Saan menjelaskan bahwa regulasi yang ada telah cukup kuat untuk menjerat pelaku politik yang tidak santun. Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) sudah memiliki instrumen hukum yang jelas. Namun, hal tersebut juga harus didukung oleh kesadaran dari para kandidat dan tim sukses. Tanpa itu, pengawasan seketat apapun akan sulit efektif.
Saan juga mengajak semua pihak, terutama masyarakat, untuk berperan aktif dalam mengawasi jalannya Pilkada. Menurutnya, masyarakat memiliki kekuatan untuk menolak politik kotor dengan cara tidak memilih kandidat yang terbukti melakukan kampanye negatif. Kesadaran kolektif seperti ini adalah kunci untuk mendorong politik santun.
Dalam konteks Pilkada 2024, Saan menekankan bahwa stabilitas politik adalah faktor penting yang harus dijaga. Politik yang kasar dan destruktif hanya akan merusak tatanan demokrasi yang telah dibangun dengan susah payah. Oleh karena itu, dia mengimbau semua pihak, baik kandidat maupun pendukung, untuk lebih menekankan persaingan gagasan ketimbang merendahkan lawan politik.
Sejalan dengan pandangan Saan, salah satu calon kandidat Pilkada 2024, Ahmad Luthfi, yang akan bertarung di salah satu wilayah strategis di Jawa Tengah mengatakan bahwa pentingnya menjaga etika dalam berpolitik. Bagi Ahmad, politik santun adalah cara untuk membangun kepercayaan masyarakat. Jika para kandidat ingin dipercaya oleh masyarakat, maka harus mengedepankan kejujuran dan adu program, bukan saling menjatuhkan.
Menurut Ahmad, politik santun bukan hanya soal berbicara dengan bahasa yang baik atau menghindari serangan pribadi, tetapi juga tentang transparansi dan akuntabilitas. Kandidat harus bisa terbuka kepada publik tentang apa yang mereka tawarkan, bagaimana mereka akan mewujudkannya, dan dengan cara apa. Karena, masyarakat saat ini sudah lebih kritis, dan mereka menginginkan pemimpin yang jujur dan bersih.
Selain itu, Ahmad menekankan pentingnya penggunaan media sosial secara bijak. Pihaknya menyadari bahwa media sosial bisa menjadi pedang bermata dua dalam kampanye politik. Ahmad pun mengimbau kepada semua tim kampanye dan pendukung untuk menggunakan media sosial secara positif dan tidak terjebak dalam kampanye hitam atau penyebaran hoaks. Hal tersebut hanya akan memperburuk citra kandidat dan merusak tatanan demokrasi.
Di sisi lain, Pasangan Calon Gubernur dan Wakil Gubernur Jawa Timur nomor urut 2, Khofifah Indar Parawansa-Emil Elestianto Dardak mengajak seluruh masyarakat baik pendukung, relawan, hingga simpatisan untuk menerapkan politik santun. Hal tersebut demi terciptanya Pilkada 2024 yang damai, aman, dan kondusif.
Khofifah mengatakan bahwa selama masa kampanye suhu politik akan berpotensi semakin meningkat, sehingga perlu komitmen semua pihak untuk tidak menebar kampanye hitam, fitnah, ujaran kebencian, dan provokasi guna memecah belah persatuan serta memutus silaturahmi masyarakat.
Menurutnya, persatuan dan kesatuan adalah modal penting bagi pembangunan. Jangan sampai karena berbeda pilihan, persatuan dan kesatuan bangsa menjadi terganggu. Pihaknya juga mengajak agar menjadikan Pilkada Serentak 2024 sebagai ajang di mana semua orang menikmati proses yang berlangsung, agar terlahir pula Pemimpin yang benar-benar dicintai rakyat serta amanah dalam menjalankan tugas sebagai pelayan masyarakat. Dengan demikian, Pilkada 2024 tidak hanya menjadi ajang pemilihan pemimpin, tetapi juga menjadi refleksi dari budaya politik yang matang dan kedewasaan demokrasi di Indonesia.
Pilkada 2024 bukan hanya soal memilih pemimpin daerah, tetapi juga menjadi cerminan kualitas demokrasi Indonesia. Dalam era di mana informasi dapat tersebar begitu cepat dan kadang-kadang tidak terverifikasi, politik santun menjadi lebih relevan. Melalui politik yang sehat, publik akan lebih fokus pada gagasan, program, dan visi para kandidat, bukan pada isu-isu negatif yang hanya menyesatkan.
Politik santun harus menjadi fondasi yang kuat untuk menjaga proses demokrasi berjalan dengan baik. Ketika para kandidat dan pendukungnya mampu bersaing secara sehat, maka demokrasi Indonesia akan semakin dewasa dan berkualitas. Ini bukan hanya soal menang atau kalah, tetapi bagaimana menjaga integritas bangsa di tengah persaingan yang kian kompleks. Pada akhirnya, Pilkada 2024 diharapkan menjadi momentum bagi semua pihak untuk mempraktikkan politik yang beradab, santun, dan berorientasi pada kepentingan masyarakat luas, demi terwujudnya pemerintahan yang lebih baik dan lebih berintegritas.
*) Mahasiswa Jakarta yang Kuliah di Yogyakarta